Sunday, March 24, 2019

Laporan Pendahuluan (LP) Cemas 2019 / 2020 / 2021

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL
(KECEMASAN)

  1. Definisi
    Menurut Lynn S. Bickley (2009) " kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya."
    Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).

    Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).

    Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.

    Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.

    Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.

    Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.

  2. Etiologi
    Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
    1. Faktor Predisposisi
      Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
      1. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
      2. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
      3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
      4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
      5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
      6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
      7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
      8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
    2. Faktor presipitasi
      Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
      1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :
        1. Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
        2. Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
      2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
        1. Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
        2. Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

  3. Rentang Respon Kecemasan
    Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).
    1. Tingkat kecemasan sebagai berikut:
      1. Kecemasan Ringan
        Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
      2. Kecemasan Sedang
        Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
      3. Kecemasan Berat
        Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
      4. Tingkat Panik Dari Kecemasan
        Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

  4. Tanda Dan Gejala Kecemasan
    1. Respons fisik :
      1. Kardiovaskular:
        Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi Cepat
      2. Pernafasan :
        Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal, Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
      3. Neuromuskular :
        Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang, Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
      4. Gastrointestinal :
        Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
      5. Traktur Urinarius :
        Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
      6. Kulit    :
        Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
    2. Respons Kognitif :
      Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

    3. Respons Perilaku :
      Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
    4. Respons Emosi :
      Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin

  5. Penatalaksanaan Kecemasan
    Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
    1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :
      1. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
      2. Tidur yang cukup
      3. Olahraga yang teratur
      4. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
    2. Terapi Psikofarmaka
      Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
    3. Terapi Somatik
      Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
    4. Psikoterapi
      Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
      1. Psikoterapi Suportif
      2. Psikoterapi Re-Edukatif
      3. Psikoterapi Re-Konstruktif
      4. Psikoterapi Kognitif
      5. Psikoterapi Psikodinamik
      6. Psikoterapi Keluarga
    5. Terapi Psikoreligius
      Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

  6. Pengkajian
    1. Faktor Predisposisi.
      Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
      1. Teori Psikoanalitik.
        Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
      2. Teori Interpersonal.
        Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
      3. Teori Perilaku.
        Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
      4. Kajian Keluarga.
        Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
      5. Kajian Biologis.
        Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
    2. Faktor Presipitasi.
      Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
  • Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang  akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
  • Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
  1. Perilaku.
    Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
    1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.
Sistem Tubuh
Respons
Kardiovaskuler
  • Palpitasi.
  • Jantung berdebar.
  • Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
  • Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Pernafasan
  • Napas cepat.
  • Pernapasan dangkal.
  • Rasa tertekan pada dada.
  • Pembengkakan pada tenggorokan.
  • Rasa tercekik.
  • Terengah-engah.
Neuromuskular
  • Peningkatan reflek.
  • Reaksi kejutan.
  • Insomnia.
  • Ketakutan.
  • Gelisah.
  • Wajah tegang.
  • Kelemahan secara umum.
  • Gerakan lambat.
  • Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Menolak makan.
  • Perasaan dangkal.
  • Rasa tidak nyaman pada abdominal.
  • Rasa terbakar pada jantung.
  • Nausea.
  • Diare.
Perkemihan
  • Tidak dapat menahan kencing.
  • Sering kencing.
Kulit
  • Rasa terbakar pada mukosa.
  • Berkeringat banyak pada telapak tangan.
  • Gatal-gatal.
  • Perasaan panas atau dingin pada kulit.
  • Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

2. Respon Perilaku Kognitif.
Sistem
Respons
Perilaku
  • Gelisah.
  • Ketegangan fisik.
  • Tremor.
  • Gugup.
  • Bicara cepat.
  • Tidak ada koordinasi.
  • Kecenderungan untuk celaka.
  • Menarik diri.
  • Menghindar.
  • Terhambat melakukan aktifitas.
Kognitif
  • Gangguan perhatian.
  • Konsentrasi hilang.
  • Pelupa.
  • Salah tafsir.
  • Adanya bloking pada pikiran.
  • Menurunnya lahan persepsi.
  • Kreatif dan produktif menurun.
  • Bingung
  • Khawatir yang berlebihan.
  • Hilang menilai objektifitas.
  • Takut akan kehilangan kendali.
  • Takut yang berlebihan.
Afektif
  • Mudah terganggu.
  • Tidak sabar.
  • Gelisah.
  • Tegang.
  • Nerveus.
  • Ketakutan.
  • Alarm.
  • Tremor.
  • Gugup.
  • Gelisah.

  1. Sumber Koping
    Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
  2. Mekanisme Koping.
    Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
    Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
    1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
    2. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

  1. Diagnosa
    Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
    1. Penyelesaian Kerusakan.
    2. Kecemasan.
    3. Pola Napas Tidak Efektif.
    4. Koping Individu Tidak Efektif.
    5. Diam.
    6. Gangguan Pembagian Bidang Energi.
    7. Ketakutan.
    8. Inkontinensial.
    9. Stres.
    10. Perubahan Nutrisi.
    11. Respon Pasca Trauma.
    12. Ketidakberdayaan.
    13. Gangguan Harga Diri.
    14. Gangguan Pola Tidur.
    15. Isolasi Sosial.
    16. Perubahan Proses Berfikir.
    17. Gangguan Eliminasi Urine.

  1. Intervensi
    1. Tujuan Umum    : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
    2. Tujuan khusus     :
      Klien mampu untuk    :
      1. Membina hubungan saling percaya.
      2. Melakukan aktifitas sehari-hari.
      3. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
      4. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
      5. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
      6. Klien terlindung dari bahaya.

    3. Ansietas Ringan.
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Ansietas ringan adalah ansietas normal dimana motivasi individu pada keseharian dalam batas kemampuan untuk melakukan dan memecahkan masalah yang meningkat.
  • Tidak nyaman.
  • Gelisah.
  • Insomnia ringan
  • Perubahan nafsu makan ringan
  • Peka
  • Pengulangan pertanyaan
  • Perilaku mencari perhatian
  • Peningkatan kewaspadaan
  • Peningkatan persepsi pemecahan masalah
  • Mudah marah.
  • Gerakan tidak tenang
  • Perhatikan tanda peningkatan ansietas
  • Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif
  • Gunakan obat bila perlu
  • Dorong pemecahan masalah
  • Berikan informasi akurat dan fuktual
  • Sadari penggunaan mekanisme pertahanan
  • Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil
  • Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu
  • Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi

  1. Ansietas Sedang.
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Ansietas sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru dengan penyempitan lapangan persepsi sehngga individu kehilangan pegangan tetapi dapat mengikuti pengarahan orang lain.
  • Perkembangan dari ansietas ringan
  • Perhatian terpilih dari lingkungan
  • Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu
  • Suara bergetar
  • Ketidaknyamanan jumlah waktu yang digunakan
  • Takipnea
  • Takikardia
  • Perubahan dalam nada suara
  • Gemetaran
  • Peningkatan ketegangan otot
  • Menggigit kuku, memukul-mukulkan jari, menggoyangkan kaki dan mengetukkan jari kaki
  • Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila berurusan dengan klien
  • Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan
  • Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana
  • Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan
  • Dengarkan klien
  • Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan klien
  • Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi
  • Ajak klien untuk mengungkapkan perasaannya
  • Bantu klien mengenali dan menamai ansietasnya

  1. Ansietas Berat
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang sangat kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan, untuk dapat memusatkan pada daerah lain.
  • Perasaan terancam
  • Ketegangan otot yang berlebihan
  • Diaforesis
  • Perubahan pernapasan
  • Napas panjang
  • Hiperventilasi
  • Dispnea
  • Pusing
  • Perubahan gastrointestinalis
  • Mual muntah
  • Rasa terbakar pada ulu hati
  • Sendawa
  • Anoreksia
  • Diare atau konstipasi
  • Perubahan kardivaskuler
  • Takikardia
  • Palpitasi
  • Rasa tidak nyaman pada prekokardia
  • Berkurangnya jarak persepsi secara berat
  • Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
  • Rasa terbakar
  • Kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan
  • Aktivitas yang tidak berguna
  • Bermusuhan
  • Isolasi klien dalam lingkungan yang aman dan tenang
  • Biarkan perawatan dan kontak sering sampai konstan
  • Berikan obat-obatan klien melakukan hal untuk dirinya sendiri
  • Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
  • Jangan mennyentuh klien tanpa permisi
  • Yakinkan klien bahwa dia aman
  • Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya

  1. Panik.
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Adalah tingkat dimana individu berada pada bahaya terhadap diri sendiri dan orang lain serta dapat menjadi diam atau menyerang dengan cara kacau.
  • Hiperaktif / imobilitasi berat
  • Rasa terisolasi yang ekstrim
  • Kehilangan desintegrasi kepribadian
  • Sangat goncang dan otot-otot tegang
  • Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap
  • Distori persepsi dan penilaian yang tidak realistis terhadap lingkungan dan ancaman
  • Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
  • Menyerang
  • Tetap bersama klien ; minta bantuan
  • Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari lingkungan
  • Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada suara yang rendah
  • Katakan pada klien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan dirinya sendiri atau orang lain
  • Isolasikan klien pada daerah yang aman dan nyaman
  • Lanjut dengan perawatan ansietas berat



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN "Ny. M"
DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

  1. Identitas Klien
    Inisial : Ny. M
    Umur : 53 tahun
    Jenis kelamin : Perempuan
    Agama : Islam
    Pendidikan : SD
    Pekerjaan : Berladang
    Suku bangsa : Melayu
    Status marital : Menikah
    Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam

  2. Alasan Masuk
    Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD Soedarso . Klien melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada perubahan yang signifikan. Klien terkena stroke sudah 4 kali. Dan yang terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2015 klien tiba-tiba terjatuh saat ingin ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien dari ekstremitas atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
    Saat Pengkajian   :
    Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
    Masalah Keperawatan :  Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan, Kurang Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.

  3. Faktor Predisposisi
    1. Faktor perkembangan
      Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai seperti ini.
    2. Faktor komunikasi dalam keluarga
      Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama suaminya.
    3. Faktor psikologis
      Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
    4. Faktor genetik
      Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. Kakak klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat hipertensi.

  4. Faktor Presipitasi
    1. Faktor sosial budaya
      Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
    2. Faktor biokimia
      Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali terkena dan terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
    3. Faktor psikologis
      Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien merasa cemas dengan masalahnya

  5. Pemeriksaan Fisik
    1. Tanda-Tanda Vital   
      TD     : 220 / 100 mmHg        N : 88 x/mt     S : 36.7 0C         P: 22 x/mt
    2. Ukur                         
      TB     : 153 cm           BB : 46 kg        (*) turun    ( ) naik
    3. Keluhan  Fisik                       ( ) ya         (*) tidak
      Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan.

  6. Psikososial
    1. Genogram
      Keterangan : 
      Laki-laki :
      Perempuan :
      Sudah meninggal :
      Klien :
      Tinggal serumah :
      Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun. Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien adalah suaminya.
    2. Konsep Diri
      1. Citra tubuh
        Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
      2. Identitas diri
        Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang rumahnya. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani, menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya. Semenjak sakit klien hanya bisa menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya
      3. Peran diri
        Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa memenuhi perannya.
      4. Ideal Diri
        Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya.
      5. Harga Diri
        Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain.
    3. Hubungan Sosial
      Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan anaknya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada suami dan anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah yang dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena kondisinya.
    4. Spiritual
      Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini, dan berharap diberi kesembuhan atas penyakitnya.

  7. Status Mental
    1. Penampilan
      Klien  berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya.  Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
    2. Pembicaraan
      Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas (Isi pembicaraan).
    3. Aktivitas motorik
      Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien tampak sedikit cemas
    4. Alam perasaan
      Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
    5. Afek
      Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang diberikan.
    6. Interaksi selama wawancara
      Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
    7. Persepsi
      Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
    8. Proses pikir
      Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
    9. Isi pikir
      Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien realistis.
    10. Tingkat kesadaran
      Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.  Tingkat kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
    11. Memori
      Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu  maupun saat  ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
    12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
      Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang  ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu untuk menjawab hitungan sederhana.
    13. Kemampuan penilaian
      Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan berladang atau menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih menyiapkan sarapan terlebih dahulu karena kalau sudah membuat sarapan klien leluasa keladangnya
    14. Daya tilik diri
      Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

  8. Pola Makan dan Eliminasi
    1. Makan dan minum
      Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya (sebelum sakit seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa bantuan. Keluarga hanya mengambilkan makanan.
    2. BAB/BAK
      Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu membawa ke WC.
    3. Mandi
      Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
    4. Berpakaian/Berhias
      Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien menggunakan baju dengan benar.
    5. Istirahat dan Tidur
      Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena ingin BAK
    6. Penggunaan Obat
      Keluarga mengatakan klien sudah lama tidak kontrol ke pelayanan kesehatan. Selama ini hanya menggunakan obat warung .
    7. Kegiatan di Dalam Rumah
      Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan keluarga dirumah.
    8. Kegiatan di luar rumah
      Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien hanya keluar ke teras rumah agar tidak jenuh sekalian berjemur.

  9. Mekanisme Koping
    Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada keluarganya.

  10. Kurang Pengetahuan Tentang
    Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan kesehatan, Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dirumah, Ny. M hanya meminum obat warung dan berjemur saat pagi hari di teras rumah .
  11. Aspek Medis
    Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. M terkena Stroke. Saat wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum Ny. M , karena obatnya sudah habis dan Ny. M sudah lama tidak kontrol ke pelayanan kesehatan .
  12. Analisa Data
  13. No 
    Data 
    Masalah 
    1.
    DS :
    • Klien mengatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini (penyakitnya).
    • Klien mengatakan tubuhnya bagian kiri mati rasa.
    • Keluarga mengatakan sebelumnya klien sudah 4 kali menjalani terapi, tapi tidak ada perubahan yang signifikan. Dan sekarang kondisi klien seperti ini.
    DO :
    • Klien dan keluarga tampak cemas
    • Klien tampak gelisah
    • Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang kondisi klien saat ini. 


    Kecemasan 
    2. 
    DS :
    • Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain
    DO :
    • Wajah klien tampak ketakutan
    • Bertanya-tanya kepada perawat


    Ketakutan  
    3. 
    DS :
    • Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
    • Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan kesehatan, hanya meminum obat warung dan berjemur saat pagi hari di teras rumah
    DO :
    • Klien dan keluarga bertanya-tanya kepada perawat 


    Kurang Pengetahuan  
  14. Daftar Masalah:
    • Kecemasan
    • Ketakutan 
    • Kurang pengetahuan
  15. Pohon Masalah
  16. Kecemasan <-- Ketakutan <-- Kurang pengetahuan
  17. Tindakan Keperawatan
  1. Hari ke 1
Intervensi
Implementasi (DAR)
Evaluasi (SOAP)
  • Bina hubungan saling percaya
  • Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
  • Bantu klien memahami perspektif pasien terhadap situasi stress dan kondisi yang dialaminya sekarang tidak akan sembuh dalam waktu singkat.
  • Dengarkan dengan penuh perhatian
  • Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk kontrol mengurangi kecemasan yang dirasakan
DS :
  • Klien mengatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini (penyakitnya).
  • Klien mengatakan tubuhnya bagian kiri mati rasa.
  • Keluarga mengatakan sebelumnya klien sudah 4 kali menjalani terapi, tapi tidak ada perubahan yang signifikan. Dan sekarang kondisi klien seperti ini.
    DO :
  • Klien dan keluarga tampak cemas
  • Klien tampak gelisah
  • Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang kondisi klien saat ini.
    A :
  • membina hubungan saling percaya
  • membantu klien mengidentifikasi menguraikan perasaannya
  • membantu klien memahami perspektif pasien terhadap situasi stress yang dialaminya.
  • mendengarkan dengan penuh perhatian
  • mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk kontrol rasa percaya diri dan mengurangi kecemasan yang dirasakan klien.
    R :
  • klien tampak sudah percaya dan mau cerita tentang kecemasan yang dirasakan klien
  • klien mau mengungkapkan perasaannya
  • klien mau mempraktekkan Tarik nafas dalam untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan
S :
  • keluarga dan klien mengatakan sedikit tenang sudah dijelaskan dan diajarkan cara mengatasi penyakit yang dirasakan klien (mati rasa).
  • klien mengatakan akan mempraktekkan cara yang sudah diajarkan perawat.
    O :
  • klien dan keluarga masih tampak sedikit cemas
    A :
    Masalah teratasi sebagian
    P :
    Intervensi dilanjutkan


  • Jelaskan pada klien tentang penyakitnya dan komplikasi yang bisa terjadi.
  • Anjurkan klien dan keluarga untuk check up/kontrol kondisi klien ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi kondisi klien dan mencegah terjadinya komplikasi lain .
DS :
  • Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain
    DO :
  • Wajah klien tampak ketakutan
  • Bertanya-tanya kepada perawat
    A :
  • jelaskan pada klien tentang penyakitnya dan komplikasi yang bisa terjadi.
  • Anjurkan klien dan keluarga untuk check up/kontrol kondisi klien ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi kondisi klien dan mencegah terjadinya komplikasi lain .
    R :
  • klien dan keluarga sudah mengerti apa yang di jelaskan perawat
  • klien dan keluarga mau mendengarkan apa yang disampaikan perawat
S :
  • Klien dan keluarga mengatakan sudah ada gambaran tentang penyakit yang dialami klien serta komplikasi yang bias terjadi.
    O :
  • Klien dan keluarga tampak mengerti dengan penjelasan perawat.
    A :
    Masalah teratasi
    P :
    Evaluasi intervensi yang sudah dilakukan.

  • Jelaskan pada klien tentang penyakitnya dan komplikasi yang bisa terjadi.
  • Ajarkan klien menggerakkan bagian tubuh yang mati rasa (ROM) untuk membantu memperlancar peredaran darah agar tidak terjadi atrofi otot
  • Anjurkan klien dan keluarga untuk check up/kontrol kondisi klien ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi kondisi klien dan mencegah terjadinya komplikasi lain .
DS :
  • Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
  • Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan kesehatan, hanya meminum obat warung dan berjemur saat pagi hari di teras rumah
    DO :
  • Klien dan keluarga bertanya-tanya kepada perawat
    A :
  • Men jelaskan pada klien tentang penyakitnya dan komplikasi yang bisa terjadi.
  • mengajarkan klien menggerakkan bagian tubuh yang mati rasa (ROM) untuk membantu memperlancar peredaran darah agar tidak terjadi atrofi otot
  • menganjurkan klien dan keluarga untuk check up/kontrol kondisi klien ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi kondisi klien dan mencegah terjadinya komplikasi lain
    R :
  • klien dan keluarga sudah mengerti apa yang di jelaskan perawat
  • klien dan keluarga mau mendengarkan apa yang disampaikan perawat
  • klien mempraktekkan gerakan (ROM) yang diajarkan perawat.
S :
  • Klien dan keluarga mengatakan sudah ada gambaran tentang penyakit yang dialami klien serta komplikasi yang bias terjadi.
    O :
  • Klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan perawat.
    A :
    Masalah teratasi
    P :
    Evaluasi intervensi yang sudah dilakukan

Hari ke 2
Intervensi
Implementasi (DAR)
Evaluasi (SOAP)

  • Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
  • Bantu klien memahami perspektif pasien terhadap situasi stress dan kondisi yang dialaminya sekarang tidak akan sembuh dalam waktu singkat.
  • Dengarkan dengan penuh perhatian
  • Evaluasi teknik relaksasi nafas dalam untuk kontrol mengurangi kecemasan yang dirasakan

DS :
  • Klien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan .
  • Klien mengatakan mempraktekkan cara-cara yang telah diajarkan perawat.
DO :
  • Klien dan keluarga tidak cemas lagi dengan kondisi klien
  • Klien mempraktekkan cara yang diajarkan perawat
A :
  • membantu klien mengidentifikasi menguraikan perasaannya
  • membantu klien memahami perspektif pasien terhadap situasi stress yang dialaminya.
  • mendengarkan dengan penuh perhatian
  • mengevaluasi teknik relaksasi nafas dalam untuk kontrol rasa percaya diri dan mengurangi kecemasan yang dirasakan klien.
R :
  • klien mau mengungkapkan perasaannya
  • klien mau mempraktekkan Tarik nafas dalam untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan
S :
  • keluarga dan klien mengatakan merasa terbantu dengan datangnya perawat kerumah
O :
  • klien dan keluarga tampak lebih tenang
A :
Masalah teratasi
P :
Evaluasi Intervensi yang sudah dilakukan



  • Anjurkan klien dan keluarga untuk check up/kontrol kondisi klien ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi kondisi klien dan mencegah terjadinya komplikasi lain .
DS :
  • Klien dan keluarga mengatakan sudah tidak khawatir dan takut lagi akan komplikasi yg bisa terjadi .
DO :
  • Klien mendengarkan penjelasan perawat.
A :
  • menganjurkan klien dan keluarga untuk check up/kontrol kondisi klien ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi kondisi klien dan mencegah terjadinya komplikasi lain .
R :
  • klien dan keluarga sudah mengerti apa yang di jelaskan perawat
  • klien dan keluarga mau mendengarkan apa yang disampaikan perawat
S :
  • Klien dan keluarga mengatakan akan melakukan kontrol ke pelayanan kesehatan
O :
  • Klien dan keluarga tampak mengerti dengan penjelasan perawat.
A :
Masalah teratasi
P :
Evaluasi intervensi yang sudah dilakukan.

  • Jelaskan pada klien tentang penyakitnya dan komplikasi yang bisa terjadi.
  • Evaluasi cara klien menggerakkan bagian tubuh yang mati rasa (ROM) untuk membantu memperlancar peredaran darah agar tidak terjadi atrofi otot
  • Anjurkan klien dan keluarga untuk check up/kontrol kondisi klien ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi kondisi klien dan mencegah terjadinya komplikasi lain .
DS :
  • Keluarga dan klien mengatakan mengerti dengan kondisi yang dialami klien
DO :

  • Klien mendengarkan penjelasan perawat.

A :
  • Men jelaskan pada klien tentang penyakitnya dan komplikasi yang bisa terjadi.
  • Mengevaluasi cara klien menggerakkan bagian tubuh yang mati rasa (ROM) untuk membantu memperlancar peredaran darah agar tidak terjadi atrofi otot
  • Menganjurkan klien dan keluarga untuk check up/kontrol kondisi klien ke pelayanan kesehatan untuk mengatasi kondisi klien dan mencegah terjadinya komplikasi lain
R :
  • klien dan keluarga sudah mengerti apa yang di jelaskan perawat
  • klien dan keluarga mau mendengarkan apa yang disampaikan perawat
  • klien mempraktekkan gerakan (ROM) yang diajarkan perawat.
S :
  • Klien dan keluarga mengatakan mengerti dengan kondisi klien serta komplikasi yang bias terjadi.
O :
  • Klien mempraktekkan cara yang diajarkan
  • Klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan perawat.
A :
Masalah teratasi
P :
Evaluasi intervensi yang sudah dilakukan


DAFTAR PUSTAKA

  1. Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai    Penerbit FKUI.
  2. Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit Aesculapius.
  3. Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia
  4. Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.
  5. Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Baiklah eman-teman sekian dulu perjumpaan kita kali ini dengan judul Laporan Pendahuluan (LP) Cemas 2019 / 2020 / 2021. Semoga apa yang kami berikan dan sajikan diatas bermanfaat bagi teman-teman semuanya. Sampai jumpa lagi yaa.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon