Thursday, April 11, 2019

Askep Kasus Gangguan Psikososial

Asuhan Keperawatan (Askep) Kasus Pasien dengan Gangguan Psikososial


Asuhan Keperawatan (Askep) Kasus Pasien dengan Gangguan Psikososial


A. PENGKAJIAN

I. Data Demografi
  1. Biodata klien
    1. Nama: Ny. B
    2. Usia : 35 tahun
    3. Jenis Kelamin: Perempuan
    4. Bahasa Dominan: Sunda
    5. Status Perkawinan: Menikah
    6. Alamat: TawangKulon, Tasikmalaya
    7. Tanggal Masuk: 10 April 2019
    8. Tanggal Pengkajian: 11 April 2019
    9. Ruang Rawat: R.3
    10. Nomor Rekam Medik: 130809
    11. Diagnosa Medis: Ca. Rahim
    12. Riwayat Alergi: -
    13. Diet: TKTP           
  2. Penanggungjawab
    1. Nama : Tn. P
    2. Usia : 40tahun
    3. Jenis Kelamin : Laki-laki
    4. Pekerjaan : Wiraswasta
    5. Hubungan dengan klien : Suami
II.   Keluhan Utama
  • Klien mengeluh pusing, karena semalaman tidak bisa tidur memikirkan perdarahan yang banyak dari vaginanya.

III. Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik
  1. Fisik
    1. Berat Badan: 47 kg
    2. Tinggi badan: 156 cm
    3. Tanda-tanda vital:  TD : 100/70mmhg,
      RR : 16x/menit,
      N     :  40x/menit,
      S      : 370C
  2. Riwayat Pengobatan Fisik
    Klien sudah pernah berobat kePuskesmas dan Pengobatan Alternatif.

IV. Faktor Predisposisi
  • Klien divonis menderita kanker rahim stadium IV B.

V. Faktor Presipitasi
  • Klien mengatakan tidak cukup uang untuk berobat ke rumah Sakit. Klien mengatakan berat badannya cepat menurun dan tidak nafsu makan.

VI. Masalah Keperawatan
  • Cemas kematian

VII. Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas klien berat ditandai dengan :
  1. Klien tampak sedih yang mendalam
  2. Klien tampak cemas
  3. Klien tampak pucat
  4. Klien terus menanyakan
  5. Klien tampak murung

VIII. Riwayat Keluarga
  • Klien tinggal bersama suami dan seorang anak. Klien sudah berkeluargaselama 10 tahun. Menurut klien, keluarganya sangat harmonis dan belumpernah ada permasalahan besar dalam keluarganya. Selain itu, klienmengatakan bahwa keluargnya selalu malakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bersama.

XI.  Riwayat Sosial
  1. Pola sosial
    1. Menurut suami klien, klien merupakan seorang pribadi yang terbuka dan ramah. Peran serta dalam kelompok baik selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh lingkungan setempat. Dalam melakukan hubungan dengan orang lain klien mengaku tidak mengalami kesulitan.
  2. Obat –obatan yang Dikonsumsi
    1. Klien mengaku pernah mengonsumsi obat-obatan herbal diluar resep dan saat ini klien juga mengkonsumsi  vitamin yang sudah diresepkan oleh dokter.
    2. Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi kecemasannya.
  3. Status Mental dan Emosi
    Penampilan :Klien tampak pucat, ekspresi wajah sedih dan murung.
    Tingkah laku :-Klien mengatakan tidak nafsu makan, karena memikirkan penyakit yang dideritanya.
    -Dan klien pun selalu menanyakan tentang kematiannya.
    Pola komunikasi : Dalam berkomunikasi, klien lebih sering diam.
    Mood dan Afek : Klien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya dan selalu mengeluhakan keadaannya.
    Proses Pikir : Dalam proses pikir klien selalu memikirkan tentang apa yang akan   dialaminya setelah mengalami kematian.
    Persepsi : Klien mengalami penurunan perhatian
    Kognitif :
    1. Orientatif realita :
      Waktu :
      Tempat :
      Orang :
      Situasi :
    2. Memori :Klien mampu mengingat pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan segera menjawab pertanyaan tersebut dengan jelas


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Ansietas/ ketakutan  (individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
  2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
  3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres  ( tempat perawatan ).
  4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan dengan situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidup.

Kriteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
  1. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
  2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya hidup
Intervensi (NIC) Rasional
  1. Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :
    1. Berikan  kepastian dan kenyamanan
    2. Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan
    3. Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya
    4. Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif
  2. Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.
  3. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka.
  4. Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.

  1. Klien yang cemas mempunyai penyempitan  lapang persepsi dengan penurunan kemampuan untuk belajar.
    Ansietas cendrung untuk memperburuk masalah. 
    Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
  2. Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran.
  3. Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakan kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.
  4. Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang.

Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain

Kriteria Hasil :
Klien akan :
  1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan.
  2. Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.
  3. Menyatakan kematian akan terjadi.
Anggota keluarga akan mempertahankan hubungan erat yang efektif , yang dibuktikan dengan cara sbb:
  1. Menghabiskan waktu bersama klien.
  2. Mempertahankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.
  3. Berpartisipasi dalam perawatan.
Intervensi (NIC) Rasional
  1. Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali makna pribadi dari kehilangan.Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
  2. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu.
  3. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif.
  4. Bantu klien  mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.
  5. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan  ketidak nyamanan dan dukungan.
  1. Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhadap situasi tersebut.
  2. Stategi koping fositif membantu penerimaan dan pemecahan masalah.
  3. Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi.
  4. Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.
  5. Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut :
    a.  Membantu berdandan.
    b.  Mendukung fungsi kemandirian.
    c.  Memberikan obat nyeri saat    diperlukan dan
    d.  Meningkatkan kenyamanan fisik( Skoruka dan Bonet 1982 ).

Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan takut akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan ).

Kriteria Hasil :
Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan :
  1. Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
  2. Mengungkapkan kekhawatirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan
  3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.
Intervensi (NIC) Rasional

  1. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati.
  2. Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.
  3. Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU
  4. Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
  5. Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan.
  6. Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya.







  1. Kontak yang sering dan mengkmuikasikan sikap perhatian dan peduli  dapat membantu  mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.
  2. Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya.
  3. Informasi ini dapat membantu mengurangi ansietas yang berkaitan dengan ketidaktakutan.
  4. Informasi ini dapat membantu mengurangi ansietas yang berkaitan dengan ketidaktakutan.
  5. Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan.
  6. Keluarga dengan masalah-masalah seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga.

Diagnosa IV
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari sistem pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian

Kriteria Hasil :
  1. Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

  1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesempatan pada klien untuk melakukannya.
  2. Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.
  3. Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan.
  4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan.
  5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan (  kapel dan injil RS ).

  1. Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada doa atau praktek spiritual lainnya, praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
  2. Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
  3. Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan  perenungan.
  4. Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.
  5. Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 ).


D. IMPLEMENTASI

Diagnosa I
Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
  1. Memberikan kepastian dan kenyamanan.
  2. Menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan.
  3. Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobotannya.
  4. Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif.
Mengkaji tingkat ansientas klien. Merencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.
  1. Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau pikiran mereka.
  2. Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku koping positif.
  3. Memberikan dorongan pada klien untuk 

Diagnosa II
  1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan kehilangan secara terbuka dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
  2. Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti memberikan keberhasilan pada masa lalu.
  3. Memberikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut dari yang positif.
  4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.
  5. Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan dan dukungan.

Diagnosa III
  1. Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati.
  2. Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekhawatiran.
  3. Menjelaskan akan lingkungan dan peralatan itu.
  4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.

Diagnosa IV
  1. Menggali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktik atau ritual keagamaan atau spiritual yang diizinkan bila ia memberikan kesempatan pada klien untuk melakukannya.
  2. Mengekpresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.
  3. Memberikan privasi dan ketenangan untuk ritual, spiritual sesuai kebutuhan klien dan dapat dilaksanakan.
  4. Menawarkan untuk menghubungi religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan menjelaskan ketersediaan pelayanan misalnya : alqur’an dan ulama bagi yang beragama islam


E. EVALUASI
  1. Klien
    1. Klien merasa nyaman (bebas dari rasa sakit) dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.
    2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
    3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal dan klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya.
  2. Keluarga Klien:
    1. Keluarga dapat mengekspresikan perasaan-parasaan, seperti : sedih, marah, kehilangan, dll.
    2. Dapat mengutarakan pengalaman-pengalaman emosionalnya.
    3. Dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya.
    4. Dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.


DAFTAR PUSTAKA
  1. Herdiman, T.Heather.2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. EGC : Jakarta
  2. Nanda 2005-2006, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta : Prima Medika
  3. NANDA NIC NOC. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. EGC : Jakarta
  4. NANDA NIC NOC. 2018-2020. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. EGC : Jakarta
  5. Perry, dkk. 2005. Buku saku : Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC
  6. Towarto, Wartonal, 2007, Kebutuhan Dasar & Proses Keperawatan Edisi 3, Jakarta : Salemba Medika
  7. Wilkinson, Judith M. 2007, Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Demikianlah artikel singkat dari jurnalis perawat berjudul Askep Kasus Gangguan Psikososial. Semoga apa yang telah kami berikan serta sajikan untuk teman-teman semuanya dapat bermanfaat bagi teman-teman semuanya. Terimakasih atas kunjungannya, sampai jumpa lagi yaa.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon