Tuesday, April 9, 2019

Laporan Pendahuluan (LP) Distres spiritual

Laporan Pendahuluan (LP) Distres spiritual


Laporan Pendahuluan (LP) Distres spiritual

A. Pengertian Distres spiritual

  • Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (EGC, 2008).
  • Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (EGC, 2011).
  • Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya. 

B. Penyebab Distres spiritual

Menurut Budi anna keliat (2011) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
  1. Pengkajian Fisik --> Abuse
  2. Pengkajian Psikologis  -->  Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
  3. Pengkajian Sosial Budaya  -->  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).

C. Patofisiologi Distres spiritual

  • Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak. 
  • Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres. 
  • Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
  • Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual. 
  • Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan timbulnya depresi. 
  • Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi. 
  • Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual. 

D. Karakteristik Distres Spiritual

Karakteristik Distres Spritual menurut EGC (2008) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
  1. Hubungan dengan diri
    1. Ungkapan kekurangan
      1. Harapan
      2. Arti dan tujuan hidup
      3. Perdamaian/ketenangan 
      4. Penerimaan
      5. Cinta
      6. Memaafkan diri sendiri
    2. Keberanian 
    3. Marah
    4. Kesalahan 
    5. Koping yang buruk
  2. Hubungan dengan orang lain :
    1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
    2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
    3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung 
    4. Mengungkapkan pengasingan diri 
  3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam :
    1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
    2. Tidak tertarik dengan alam 
    3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan 
  4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya :
    1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
    2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
    3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan 
    4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
    5. Tiba-tiba berubah praktik agama
    6. Ketidakmampuan untuk introspeksi 
    7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

E. Faktor Predisposisi :

  • Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
  • Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

F. Faktor Presipitasi :

  1. Kejadian Stresful
    Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
  2. Ketegangan Hidup
    Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.

G. Penilaian Terhadap Stressor :

  1. Respon Kognitif
  2. Respon Afektif
  3. Respon Fisiologis
  4. Respon Sosial
  5. Respon Perilaku

H. Sumber Koping :

Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
  1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang lain.
  2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
  3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
  4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
  5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

I. Psikofarmakologi :

  • Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Distress Spiritual


A. Pengkajian

Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool (Pulschalski, 1999) :
  • F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
  • I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
  • C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
  • A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
  • Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
    • Perasaan ketika seseorang gagal
    • Perasaan tidak stabil
    • Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
    • Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
    • Perasaan hampa

    B. Diagnosa :

    • Distters Spritual

    C. Intervensi Keperawatan Distress spiritual

    Kriteria hasil:
    Individu :
    • Klien dapat melakukan spiritual yang tidak mengganggu kesehatan
    • Klien dapat mengekspresikan pengguguran perassaan bersalah dan ansietas
    • Klien dapat mengekspresikan kepuasan dengan kondisi spiritual.

    Intervensi :
    Sp. 1-P :
    1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
    2. kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien
    3. bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya
    4. bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.

    Sp. 2-P :
    1. Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,
    2. fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
    3. bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.


    Tindakan keperawatan
    Tujauan intervensi keperawatan untuk pasien:
    1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
    2. Mamapu mengungkapkan penyebab distres spritual
    3. Mampu mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang kyakinannya
    4. Mempu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan perubahan keyakinannya.
    5. Mampu melakukan kegiatan keagamaan

    Tindakan keperawatan untuk pasien distres spiritual
    1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
    2. Kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
    3. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang keyakinanya 
    4. Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritul dalam kehidupan 
    5. fasilitasi pasien dengan alat alat ibadah seseuai agamanya
    6. fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
    7. bantu passien untuk ikut serta dalam keadaan keagamaan
    8. bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan

    Fase kerja
    SP 1-P: Bina hubungan saling percaya dengan pasien 
    1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
    2. kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
    3. bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran terhadap agama yang diyakini
    4. bantu pasien mengembangkan kemampuan mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan

    • Orientasi
      selamat pagi pak, nama saya suster. . . suka dipanggil. . nama bapak siapa? Suka di panggil apa? Saya perawat disini yang akan merawat bapak saya akan datang secara berkala kerumah bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang masalah yang bapak alami, kita ngobrol selama 30 menit yaa? Dimana tempatnya? Mari pak kalau begitu.
    • Fase Kerja
      1. Apa masalah yang bapak rasakan saat ini coba bapak sampaikan apa menyebabkan bapak tidak aktif solat dan pengajian yang di adakan di masjid seperti dulu. Oh ya 
      2. Pak masi adakah faktor lain yang menyebabkan bapak tidak aktif lagi 
      3. Apa saja kegiatan ibadah dan sosial yang dapat bapak jalankan
      4. Mana yang kira-kira ingin bapak jalankan? Bagus sekali. Mari bapak coba ya. 
    • Terminasi
      1. Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?
      2. Tampaknya bapak semangat menjawab pertanyaan suster ya?
      3. Coba bapak ulangi apa yang udah kita diskusikan ya bagus sekali selain itu bapak juga telah mengungkapkan perasaan dan pikiran bapak tentang agama yang bapak bisa lakukan seminggu lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan yang bapak lakukan 


    SP 2-P : Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinannya fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan 
    • Orientasi
      Selamat pagi pak bagaimana keadaan bapak saat ini? Sudah dicoba melakukan ibadah? Bagaimana perasaan bapak setelah mencobanya? Hari ini kita akan mendiskusikan tentang persiapan alat-alat solat dan cara-cara menjalankan solat baik sendiri maupun berjamaah bersama orang lain. Bagaimana kalau kita ngobrol selama 30 menit? Dimana bapak mau ngobrolnya? Bagaimana kalau disini saja?
    • Kerja
      Pak, sepengetahuan bapak apa saja persiapan solat baik alat maupun diri kita. Bagus sekali menyiapkan kopiah, sejdah dan sarung. Dan sebelum solat bapak harus mandi dulu dan berwudhu. Coba bapak sebutkan solat lima waktu sehari semalam solat subuh jam berapa? Bagaimana ucapannya, sampai dengan solat isa. Selain itu, bapak dapat melakukan solat berjamaah dirumah. Bagaimana kalau kita buat tempat solat dirumah bapak ini. Setujukan pak? Baik, kalau begitu kamar depan ini bapak siapkan untuk tempat solat lima waktu nanti dan dapat bersama-bersama. Mulai hari ini bapak sudah bisa melakukan solat dan berdoa secara teratur agar diberikan ketenangan oleh tuhan dalam menghadapi masalah ini. Pada hari jumat nanti bapak bisa pergi bersama dengan warga lain untuk solat jumat di masjid. Bagaimana pak?
    • Terminasi
      Bagaimana perasaan bapak setelah diskusi tentang cara-cara menyiapkan alat solat dan mengerjakan solat dirumah berapa kali sehari bapak mencobanya? Mari kita buat jadwalnya, kalau sudah dilakukan, beri tanda ya! Tiga hari lagi,saya akan datang untuk mendiskusikan tentang perasaan bapak dalam melakukan solat serta membahas kegiatan ibadah yang lain. Kalau begitu saya permisi dulu. Samai jumpa. Selamat pagi.


    SP - Keluarga dengan distress spritual
    • Tujuan, agar keluarga mampu:
      • mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan masalah spiritual
      • mengetahui terjadinya masalah spiritual yang dihadapi oleh pasien 
      • mengetahui cara merawat keluarga yang mengalami masalah spiritual
      • melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan 
    • tindakan keperawatan untuk keluarga:
      • mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
      • jelaskan proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi pasien
      • jelaskan pada keluarga cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah spiritual
      • bantu keluarga untuk membantu pasien melaksanakan kegiatan spiritual
      • beri pujian bila keluarga mampu melakukan kegiatan yang pasitif

    SP 1-K : Bantu keluarga mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien, bantu keluarga untuk mengetahui proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi dan perawatannya.
    • Orientasi
      Perawat : Assalamualaikum, bu. Bagaimana keadaan keluarga ibu hari ini?
      Ibu  : Wa’alaikum salam. Alhamdulilah baik suster.
      Perawat : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang masalah yang ibu hadapi dalam merawat atau membantu anak ibu, selama 30 menit. Disini saja yah bu!
      Ibu  : Iya suster silakan.
    • Kerja
      Perawat : Bu, menurut ibu apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat atau membantu anak ibu?
      Ibu  : Iya suster, anak saya jadi malas sholat dan tidak mau mengikuti pengajian. Pada hal dia sangatlah rajin beribadah sebelumnya.
      Pewat : Apakah hal tersebut terjadi setelah gempa atau akibat tsunami yang lalu. Oh, jadi masalah yang ibu hadapi adalah susah memberitahu dan mengajak dia untuk sholat lima waktu ya?
      Ibu  : Benar suster. Sekarang dia susah banget untuk di ajak sholat semenjak kejadian stunami itu.
      Perawat : Bagaimana dengan kegiatan keagamaan lainnya, apakah anak ibu mau melakukannya?
      Ibu  : Tidak suster, dia males malesan saja di rumah. Diemm saja
      Perawat : Jadi ibu kewalahan menasehati agar dapat melakukan ibadah dan ini terjadi sesudah tsunami.
      Ibu  : Iya, saya sudah angkat tangan menyuruh dia untuk sholat.
      Perawat : Ibu, biasanya kalau ada kejadian bencana seperti gempa tsunami, kadang seseorang akan mengalami kejadian seperti itu anak ibu tersebut. Oleh karena itu mari saya bantu ibu untuk bersama-sama dan merawat anak ibu ya.
      Ibu  : Iya suster. Apa yang harus saya lakukan?
      Perawat : Bu cara untuk membantu anak ibu yang malas sholat adalah dengan selalu mengingatkan, mengajak atau memberi contoh solat pada waktu sholat telah tiba. Selain itu ibu menyiapkan perlengkapan sholat untuk anak ibu misalnya kopiah, sarung dan sajadah. Lalu bu bersama-sama satu keluarga melakukan sholat berjamah ya? Jangan lupa mengajak anak-anak untuk bersama-sama sholat berjamaah. Bila perlu ajak anak ibu untuk menjadi imam.
      Ibu  : Oh, begitu yah suster. Ings’allah saya akan melakukannya.
      Perawat : Iya bu. Setelah sholat ibu ajak anak ibu untuk berdoa semoga diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi masalah akibat adanya bencana alam yang dialami tersebut.
      Ibu  : Iyah suster
      Perawat : Jangan lupa, agar ibu mengigatkan anak ibu untuk sholat Jum’at berjamaah di masjid bersama warga lainnya. Ya bu yah?
      Ibu  : Siap suster.
      Perawat : Kemudian, ibu jangan segan-segan untuk meminta nasehat dan bantuan kepada ustadz setempat. Saya yakin mereka akan dengan senang hati membantu ibu dan terutama memberi nasehat keagamaan kepada anak ibu.
      Ibu  : Iya suster
      Perawat : Sudah bisa mengerti cara merawat dan membantu anak ibu yang mengalami masalah tersebut. Dengan demikian, ibu bisa membantu agar dia aktif dan rajin sholat lima waktu serta mengikuti pengajian, ya kan bu?
      Ibu  : Terimakasih suster atas nasehat ya.
    • Terminasi
      Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita diskusi tentang masalah-masalah yang ibu hadapi dalam merawat anak ibu?
      Ibu  : Lebih tenang suster dan semangat untuk mengajak anak saya sholat lima waktu.
      Perawat : Bisa ulangi kembali apa saja cara untuk masalah yang ibu hadapi dalam merawat anak ibu tersebut?
      Ibu  : Dengan cara menasehati, mengajak dan selalu mengigatkan untuk selalu beribadah suster.
      Perawat : Bagus sekali bu, ibu sudah mengetahui semua permasalahan yang terjadi ya?
      Ibu  : Iya suster.
      Perawat : Kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum.
      Ibu  : Terimakasih bayak suster atas bantuannya. Wa’alaikum salam.
      Perawat : Sampai jumpa bapak, Assalamualaikum!


    DAFTAR PUSTAKA
    1. Achir Yani S. Hamid, Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa/ Achir Yani S. Hamid: editor, Monica Ester,Onny Anastasia Tampubolon. –Jakarta: EGCC, 2008.
    2. Manajemen kasus gangguan jiwa : CMHN ( intermadiate course )/ editor, Budi Ana Keliat, Akemat Pawiro Wiyono, Herni Susanti ; editor penyelaras, Monica Ester, Egi Komara Yudha – Jakarta : EGC, 2011


    Sumber : Jurnalis Perawat

    Baiklah mungkin sampai disini dulu perjumpaan kita kali ini dengan pembahasan yaitu Laporan Pendahuluan (LP) Distres spiritual. Semoga apa yang kmai berikan dan sjaikna unuk teman-teman semuanya dapat bermanfaat yaa dan sampai jumpa lagi jurnalis perawat. Terimakasih.

    Artikel Terkait


    EmoticonEmoticon