Wednesday, April 10, 2019

Konsep LP dan Askep Distress Spiritual

Konsep LP dan Askep Distress Spiritual


Konsep LP dan Askep Distress Spiritual

BAB I
KONSEP TEORITIS

  1. DEFINISI
    Spirituality berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara.spirit memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang ( Dombeck,1995).

    Spirituality adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama. (Perry Potter, 2003).

    Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).


  2. PENYEBAB/ETIOLOGI
    Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
    1. Pengkajian Fisik --> Abuse
    2. Pengkajian Psikologis ->  Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
    3. Pengkajian Sosial Budaya -->  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).

    Adapun faktor penyebab Predisposisi dan Presipitasinya yaitu sebagai berikut :
    1. Faktor Predisposisi
      Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang. Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
    2. Faktor Presipitasi:
      1. Kejadian Stresfull
        Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
      2. Ketegangan Hidup
        Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas. 


  3. PATOFISIOLOGI
    Berhubungan dengan tantangan pada sistem keyakinan atau perpisahan dari ikatan spiritual sekunder akibat : kehilangan bagian atau fungsi tubuh, penyakit terminal, penyakit yang membuat kondisi lemah, nyeri, trauma, keguguran, kelahiran, dan mati.


  4. BATASAN KARAKTERISTIK
    Karakteristik Distres Spritual menurut EGC (2008) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
    1. Hubungan dengan diri
      1. Ungkapan kekurangan
        1. Harapan
        2. Arti dan tujuan hidup
        3. Perdamaian/ketenangan 
        4. Penerimaan
        5. Cinta
        6. Memaafkan diri sendiri
      2. Keberanian 
      3. Marah
      4. Kesalahan 
      5. Koping yang buruk
    2. Hubungan dengan orang lain :
      1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
      2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
      3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung 
      4. Mengungkapkan pengasingan diri 
    3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam :
      1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
      2. Tidak tertarik dengan alam 
      3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan 
    4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya :
      1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
      2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
      3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan 
      4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
      5. Tiba-tiba berubah praktik agama
      6. Ketidakmampuan untuk introspeksi 
      7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita (NANDA NIC NOC 2018-2020)


  5. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
    1. Ancaman kematian
    2. Asing tentang diri sendiri
    3. Asing tentang social
    4. Kehilangan bagian tubuh
    5. Kehilangan fungsi bagian tubuh
    6. Kejadian hidup tidak terduga
    7. Kelahiran bayi
    8. Kematian orang terdekat
    9. Kesepian
    10. Menerima kabar buruk 
    11. Nyeri
    12. Menjelang ajal, dll (Diagnosa Keperawatan, 2015-2017)


BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


KONSEP ASKEP PADA NY. X DENGAN DISTRESS SPIRITUAL

A. PENGKAJIAN
  • Identitas: Umur menentukan peningkatan stress

B. RIWAYAT KESEHATAN
  1. Keluhan Utama : Biasanya yang dirasakan adalah pusing kepala
  2. Riwayat kesehatan sekarang :  Biasanya sejak kapan timbulnya stress tersebut
  3. Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya memiliki riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang dideritanya
  4. Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya keluarga memiliki riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak

C. POLA FUNGSI KESEHATAN

Berikut ini adalah 11 Pola Fungsi yang harus dilakukan pengkajian pada pasien Distress Spiritual :

1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
  1. Arti sehat dan sakit
  2. Pengetahuan status kesehatan saat ini
  3. Perlindungan terhadap kesehatan : Program skrining, kunjungan kepusat layanan kesehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen, stress, factor ekonomi
  4. Pemeriksaan diri sendiri : Riwayat, medis keluarga, pengobatan yang telah dilakukan
  5. Perilaku untuk mengatasi masalah
  6. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan

2.
 Pola Nutrisi / Metabolisme
  1. Menggambarkan masukan nutrisi & keseimbangan cairan
  2. Intake nutrisi (frekuensi, jumlah & komposisi) : (Makan sehari berapa kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali makan, jenis makanan apa saja yang dimakan.)
  3. Intake cairan (frekuensi, jumlah & jenis) : (Minum sehari berapa kali, jumlahnya berapa porsi dalam satu kali makan, jenis minum apa yang diminum.)
  4. Nafsu makan : (Baik, tidak ada, berlebihan, kurang, atau sedang)
  5. Masalah dengan makan : (Ada atau tidak masalah dalam makan)
  6. Makanan kesukaan : (Jenis makanan yang disukai)
  7. Alergi makanan : (Mempunyai alergi makanan apa tidak)

3. Pola Eliminasi
  1. Eliminasi Uri
    1. Pola BAK (frekuensi, waktu, jumlah) : (BAK sehari berapa kali, kapan saja waktu untuk BAK, jumlah BAK nya berapa ml)
    2. Karakteristik (warna, kejernihan, bau, endapan) : (warna urin, jernih atau tidak, berbau apa tidak, ada endapan atau tidak)
    3. Faktor yang mempengaruhi BAK : (faktor yang mempengaruhi px untuk BAK apa saja)
    4. Masalah eliminasi uri : (ada atau tidak)
  2. Eliminasi Alvi
    1. Pola BAB (frekuensi, waktu) : (BAB sehari berapa kali, kapan saja waktu untuk BAB)
    2. Karakteristik keluaran feses (bau, jumlah) : (berbau apa tidak, jumlah BAB apa saja)
    3. Masalah dengan BAB : (ada atau tidak)
    4. Faktor yang mempengaruhi BAB : (faktoryang mempengaruhi px untuk BAK apa saja)
    5. Penggunaan laksantif : (menggunakan atau tidak)

4. Pola Aktivitas – Latihan

  1. Pola aktifitas ysng dilakukan
  2. Aktivitas diwaktu luang : (Aktivitas yang ada dalam waktu luang)
  3. Masalah dalam aktivitas : (Ada masalah atau tidak dalam beraktivitas)
  4. Penggunaan alat bantu : (Menggunakan alat bantu atau tidak)
  5. Aktivitas sejak sakit : (Apa saja aktivitas pada saat sakit)

5. Pola Istirahat Tidur

  1. Kebiasaan pola tidur (waktu, jumlah, kualitas) : (Kapan saja tidur, tidur berapa kali sehari, sering terbangun atau tidak)
  2. Dampak pola istirahat tidur terhadap aktivitas sehari – hari : (Ada atau tidak dampak yang dialami)
  3. Kesulitan tidur : (Merasa kesulitan tidur atau tidak)
  4. Alat bantu tidur : (Mengguanakan alat bantu tidur atau tidak)

6. Pola Kognitif Perseptual

  1. Kemampuan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman) : (Mamp mendengar, melihat, mencium bau secara normal atau tidak)
  2. Pemakaian alat bantu pendengaran, penglihatan : (Menggunakan alat bantu atau tidak)
  3. Masalah perseptual : (Mempunyai masalah sensori perseptual)
  4. Perubahan memori : (Selama sakit mengalami perubahan memori atau tidak)
  5. Presepsi nyeri & penanganan nyeri (P,Q,R,S,T)  : (Penyebab nyerinya apa, kualitas nyerinya bagaimana, dibagian mana yang mengalami nyeri, skala nyerinya berapa, kapan saja waktu yang dialami ketika nyeri)

7. Konsep Diri / Persepsi Diri

  1. Konsep diri :
    Body Image : (Merupakan gambaran tubuh atau diri ketika sakit)
    Self Ideal : (Merupakan ideal diri ketika sakit)
    Self Esteem : (Harga diri ketika sakit)
    Role : (Peran selama sakit terganggu atau tidak)
    Identitas : (Menjelaskan tentang identitas)

8. Pola Hubungan – Peran

  1. Keefektifan peran : (Selama sakit peran yang dilakukan efektif atau tidak)
  2. Hubungan dengan orang terdekat : (Bagaimana hubungan dengan orang terdekat selam sakit)
  3. Efek perubahan peran terhadap hubungan : (Ada atau tidak efek perubahan peran terhadap hubungan dengan orang sekitar)

9. Pola Seksualitas – Reproduksi

  1. Dampak sakit terhadap seksualitas : (Ada atau tidak dampak sakit terhadap seksualitas)
  2. Riwayat haid : Masih mengalami haid apa tidak)
  3. Tindakan pengendalian kelahiran : (Ada atau tidak tindakan yang dilakukan untuk pengendalian kelahiran)
  4. Riwayat penyakit hubungan seksual : (Punya atau tidak riwayat penyakit hubungan seksual)

10. Pola Koping – Toleransi Stress

  1. Penggunaan sistem pendukung : (Sistem pendukung apa yang digunakan)
  2. Stressor sebelum sakit :( (Adakah stres atau penyebab lain yang dapat menyebabkan sakit)
  3. Metode koping yang biasa digunakan :  (Metode apa saja yang biasnya digunakan agar tidak menyebabkan stres)
  4. Faktor – faktor yang mempengaruhu koping : (Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi koping)
  5. Efek penyakit terhadap tingkat stress : (Penyakit yang diderita menjadikan efek peningkatan stres atau tidak)
  6. Penggunaan alkohol & obat lain untuk mengatasi stress : (Apakah mengguanakan alkohol dan obat lain untuk mengatasi stres)

11. Pola Nilai – Kepercayaan

  1. Agama : (Agama apa yang dianut)
  2. Kegiatan keagamaan & budaya : (Ba gaimana kegiatan dalam keagamaan dan budayanya selama sakit)

D. PEMERIKSAAN FISIK
  1. Kepala dan Leher :
    1. Rambut : Rambut bersih atau tidak, warna raambutnya apa, beruban atau tidak, rambutnya rontok apa tidak, ada benjolan atau tidak.
    2. Wajah : Bentuk wajahnya simetris apa tidak, ada lukaapa tidak.
    3. Mata : Simetris atau tidak kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah mda, pucat, atau icterus, sklera putih atau tidak,reaksi pupil bai atau tidak.
    4. Hidung : Bersih atau tidak, terdapat serumen atau tidak.
    5. Telinga : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, terdapat lesi atau tidak.
    6. Mulut : Mukosa bibir kering apa tidak, warna bibirnya apa, ada sariawan atau tidak.
    7. Gigi : Ada gigi palsu apa tidak, jumlah gigi yang masih ada berapa, ada karies apa tidak
    8. Leher : Ada benjolan atau tidak, edema atau tidak.
  2. Pemeriksaan Thorak
    1. Pulmonum
      Inspeksi : Bentuk dada simetris atau tidak, frekuensi pernafasan dalam batas normal apa tidak (normal: 16-20 kali/menit) pola pernafasan cupnca atau tidak, menggunakan alat bantu pernfasan atau tidak
      Palpasi : Tactil fremitus
      Perkusi : Suara paru sonor, redup, pekak
      Auskultasi : Suara nafas (vesikuler, bronkovesikuler, bronkhial), suara tambahan (wheezing, ronkhi, dan lain-lain)
    2. Jantung
      Inspeksi : Bentuk precodium simetris atau tidak, perubahan bentuk seperti cekung dan kembung, denyut appeks jantung normal berbentuk tonjolan kecil, denyut nadi ada dada simetris atau tidak denyut vena pada dada dan punggung normalnya tidak terlihat
      Palpasi : Denyut appeks jantung normal biasanya dipalpasi
      Perkusi : Jantung kondisi normal bila luas kanan dan kiri seimbang
      Auskultasi : Suara jantung normal bila tidak ada suara bising dan tidak terdengar melemah
  3. Abdomen
    Inspeksi : Bentuk abdomen simetris apa tidak, datar(flat), cekung, atau buncit, umbilicus keluar atau tidak, ada luka atau tidak
    Palpasi : Ada nyeri tekan apa tidak, ada pembesaran hepar atau tidak, terdapat apendisitis atau tidak
    Perkusi : Normal(timpani), pekak, atau redup
    Auskultasi : Peristaltic usus, normalnya 5-35x/menit atau tiap 5-15 detik sekali.
  4. Genetalia Anus :
    Genetalia : Pernah mengalami atau ada kelainan genetalia apa tidak, terpasang kateter apa tidak
    Anus : Pernah mengalami atau ada kelainan pada anus apa tidak
  5. Ekstremitas : Kekuatan otot lemah apa tidak, kekuatan ototnya pada skala berap
  6. Integument : Turgor kulit baik apa tidak, sianosis apa tidak.


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Lab
  2. Foto Rontgen
  3. Usg

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

G. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi (NIC) Rasional

  1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesempatan pada klien untuk melakukannya.
  2. Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.
  3. Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan.
  4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan.
  5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan (  kapel dan injil RS ).
  1. Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada doa atau praktek spiritual lainnya, praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
  2. Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
  3. Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan  perenungan.
  4. Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.
  5. Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 ).


DAFTAR PUSTAKA
  1. Herdiman, T.Heather.2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. EGC : Jakarta
  2. Nanda 2005-2006, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta : Prima Medika
  3. NANDA NIC NOC. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. EGC : Jakarta
  4. NANDA NIC NOC. 2018-2020. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. EGC : Jakarta
  5. Perry, dkk. 2005. Buku saku : Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC
  6. Towarto, Wartonal, 2007, Kebutuhan Dasar & Proses Keperawatan Edisi 3, Jakarta : Salemba Medika
  7. Wilkinson, Judith M. 2007, Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Sumber : Jurnalis Perawat



Demikianlah artikel kami ini yang singkat dari jurnalis perawat berjudul Konsep LP dan Askep Distress Spiritual. Semoga apa yang telah kami berikan dan sajikan untuk teman-teman sahabat semuanya bermanfaat yaa dan terus cari referensi tugas dari blog ini yaa. Terimakasih atas kunjungannya.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon